ICMEM SBM ITB 2025: Prof. Shaker Zahra Tekankan Peran ESG & Inovasi di Pasar Berkembang
Apa itu ICMEM?
International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) merupakan konferensi internasional yang diselenggarakan oleh School of Business & Management Institut Teknologi Bandung (SBM ITB). Forum ini menjadi ajang penting bagi akademisi, praktisi, pembuat kebijakan, serta mahasiswa untuk berdiskusi mengenai riset terbaru, tren, dan praktik inovatif dalam bidang bisnis dan manajemen, dengan fokus pada dampak nyata di dunia.
Highlight ICMEM ke-9
Dalam konferensi ICMEM ke-9 yang berlangsung di Bandung pada 20–21 Agustus 2025, Prof. Shaker Zahra, Pakar Kewirausahaan Global dari University of Minnesota menegaskan bahwa negara berkembang bukan lagi sekadar pengikut, melainkan aktor utama dalam menciptakan inovasi berkelanjutan.
Dalam pidato kunci berjudul “Beyond Growth: Innovating for a Sustainable Future in Emerging Markets”, ia mengajak untuk meninggalkan paradigma pertumbuhan yang hanya berfokus pada PDB. Menurutnya, pertumbuhan masa depan harus menekankan inklusi, ketahanan, dan keadilan.
“Inovasi bukan sekadar teknologi; inovasi juga mencakup inklusi sosial dan upaya menjawab tantangan lokal,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya prinsip Environment, Social, and Governance (ESG). “Bagi pasar berkembang, ESG adalah hal strategis, bukan opsional,” ujarnya. Prof. Zahra menambahkan bahwa kerangka ESG mampu mengurangi risiko, meningkatkan nilai jangka panjang, serta menarik konsumen yang semakin peduli pada integritas sosial dan lingkungan.
Selain itu, ia mendorong penerapan model ekonomi sirkular untuk menggantikan pola lama “ambil–pakai–buang” melalui prinsip 5R: refuse, reform, reduce, reuse, recycle. Ia juga mengajak para pemimpin untuk berinvestasi pada tiga pilar: People (pendidikan hijau dan digital), Planet (dukungan bagi UKM berkelanjutan), dan Productivity (perencanaan kota inklusif).
Beberapa contoh negara berkembang yang menjadi pionir antara lain: rencana smart city hijau di Indonesia, National Solar Mission di India, serta inovasi teknologi kesehatan inklusif di Rwanda. Menutup sesinya, Prof. Zahra menekankan bahwa, “Pertumbuhan berkelanjutan menuntut aksi kolektif yang dilandasi kepercayaan, transparansi, dan visi bersama.”
Wawasan Riset dan Konteks
Sejalan dengan pemikiran Prof. Zahra, penelitian oleh Boston Consulting Group (2023) menunjukkan adanya korelasi kuat antara skor ESG dan kinerja keuangan di perusahaan pasar berkembang. Perusahaan yang berkomitmen pada ESG terbukti memiliki loyalitas pelanggan lebih tinggi, akses pasar yang lebih luas, daya tarik lebih besar bagi investor, serta kemampuan lebih baik dalam menarik talenta berkualitas (Boston Consulting Group, 2023).Kesimpulan
Pidato Prof. Shaker Zahra di ICMEM 2025 menegaskan bahwa pasar berkembang kini berperan sebagai motor penggerak inovasi berkelanjutan. Dengan menjadikan ESG sebagai pilar strategis, mengadopsi ekonomi sirkular, serta berinvestasi pada manusia, planet, dan produktivitas, negara berkembang dapat membangun pertumbuhan yang tangguh sekaligus inklusif.
Didukung oleh riset global seperti temuan BCG, jelas bahwa keberlanjutan bukan hanya tuntutan moral, melainkan juga keunggulan kompetitif di era bisnis modern.
Artikel ini disusun berdasarkan liputan dari ICMEM SBM ITB 2025: Prof. Shaker Zahra Dorong ESG dan Inovasi Berkelanjutan di Pasar Berkembang | Inilahkoran.id
Komentar
Posting Komentar